Breaking News
Loading...
Selasa, 08 April 2014

Info Post

BUKU TAMU MUSIUM PERJUANGAN

Pada tahun keenam 
Setelah di kota kami didirikan 
Sebuah Musium Perjuangan 
Datanglah seorang lelaki setengah baya 
Berkunjung dari luar kota 
Pada sore bulan November berhujan 
dan menulis kesannya di buku tamu 
Buku tahun keenam, halaman seratus-delapan 

Bertahun-tahun aku rindu 
Untuk berkunjung kemari 
Dari tempatku jauh sekali 
Bukan sekedar mengenang kembali 
Hari tembak-menembak dan malam penyergapan 
Di daerah ini 
Bukan sekedar menatap lukisan-lukisan 
Dan potret-potret para pahlawan 
Mengusap-usap karaben tua 
Baby mortir buatan sendiri 
Atau menghitung-hitung satyalencana 
Dan selalu mempercakapkannya 

Alangkah sukarnya bagiku 
Dari tempatku kini, yang begitu jauh 
Untuk datang seperti saat ini 
Dengan jasad berbasah-basah 
Dalam gerimis bulan November 
Datang sore ini, menghayati musium yang lengang 
Sendiri 
Menghidupkan diriku kembali 
Dalam pikiran-pikiran waktu gerilya 
Di waktu kebebasan adalah impian keabadian 
Dan belum berpikir oleh kita masalah kebendaan 
Penggelapan dan salahguna pengatasnamaan 

Begitulah aku berjalan pelan-pelan 
Dalam musium ini yang lengang 
Dari lemari kaca tempat naskah-naskah berharga 
Kesangkutan ikat-ikat kepala, sangkur-sangkur 
berbendera 
Maket pertempuran 
Dan penyergapan di jalan 
Kuraba mitraliur Jepang, dari baja hitam 
Jajaran bisu pestol Bulldog, pestol Colt 

PENGOEMOEMAN REPOEBLIK yang mulai berdebu 
Gambar lasykar yang kurus-kurus 
Dan kuberi tabik khidmat dan diam 
Pada gambar Pak Dirman 
Mendekati tangga turun, aku menoleh kembali 
Ke ruangan yang sepi dan dalam 
Jendela musium dipukul angin dan hujan 
Kain pintu dan tingkap bergetaran 
Di pucuk-pucuk cemara halaman 
Tahun demi tahun mengalir pelan-pelan 

Deru konvoi menjalari lembah 
Regu di bukit atas, menahan nafas 

Di depan tugu dalam musium ini 
Menjelang pintu keluar ke tingkat bawah 
Aku berdiri dan menatap nama-nama 
Dipahat di sana dalam keping-keping alumina 
Mereka yang telah tewas 
Dalam perang kemerdekaan 
Dan setinggi pundak jendela 

Kubaca namaku disana..... 

0 komentar:

Posting Komentar